Senin, 14 November 2011

CERMIN ANAK

Suatuketika disebuah sekolah, diadakan pementasan drama. Pentas drama yang meriah, dengan pemain siswa-siswi disana. Setiap anak mendapat peran, dan memakai kostum sesuai tokoh yang mereka perankan. Semua tampak serius, sebab pak guru akan memberikan hadiah kepada anak yang tampil terbaik dalam pentas.

Di depan panggung, semua orang tua murid ikut hadir dan menyemarakkan acara itu.
Lakon drama berjalan dengan sempurna. Semua anak  tampil dengan maksimal. ada yang berperan sebagai petani, lengkap dengan cangkul dan topinya, ada juga yang menjadi nelayan, dengan jala yang disampirkandi bahu. Du sudut sana, tampak pula seorang anak dengan raut muka ketus, sebab ia kebagian pran pak tua yang pemarah, sementara di sudut lain, terlihat anak dengan wajah sedih, layaknya pemurung yang selalu menangis. Tepuk tangan para orangtua dan guru kerap terdengar, disisi kiri dan kanan panggung.
Tibalah kini akhir dari pementasan drama. dan itu berarti, sudah saatnya guru mengumumkansiapa yang berhak mendapat hadiah. Setiap anak tampak berdebar dalam hati, berharap mereka terpilih menjadi pemain drama yang terbaik. Dalam komat kamit mereka berdoa, supaya pak guru mennyebutkan nama mereka, dan mengundang keatas panggung untuk menerima hadiah. Para orangtua pun ikut berdoa, membanyangkan anak mereka menjadi yang terbaik.
Pak guru telah menaiki panggung, dan tak lama kemudian iamenyebutkan sebuah nama.ahha...ternyata, anak yang menjaddi pak tua pemarah-lah yang menjadi juara. Dengan wajah berbinar, sang anak bersorak gembira. “aku menang...” begitu ucapnya, ia oun bergegas menuju panggung, diiringi kedua orangtua nya yang tampak bangga. Tepuk tangan terdengar lagi. Sang orangtua menatap sekeliling, menatap keseluruh hadiri, mereka bangga.
Pak guru menyambut mereka. Sebelum menyerahkan hadiah, ia sedikit bertanya kepada sang “jagoan, “nak, kamu memang hebat. kamu pantas mendapatkannya, peranmu sebagai seorang yang pemarah terlihat bagus sekali, apa rahasianya ya, sehingga kamu tampil sebaik ini? Kamu pasti rajin mengikuti latihan, tak heran jika kamu terpilih menjadi yang terbaik..” tanya pak guru. “ coba kamu ceritakan kepada kami semua, apa yang bisamembuat kamu seperti ini...”
Sang anak menjawab,” terima kasih atas hadiahnya pak. Dan sebenarnya saya harus berterima kasih kepada ayah saya dirumah. Karena, dari ayah lah saya belajar berteriak dan menjadi pemarah. Kepada ayah-lah saya meniru prilaku in. Ayah sering berteriak kepada saya, maka, bukan hal yang sulit penjadi pemarah seperti ayah.”
Tampak sang ayah yang mulai tercenung. Sang anak mulai melanjutkan, “...ayah membesarkan saya dengan seperti ini,jadi peran ini, peran yang mudah buat saya...”
Senyap. Usah bibir anakitu terkatup, keadaan tambah senyap.
Begitupun  kedua orangtua sang anak di atas panggung, mereka tampak tertunduk. Jika sebelumnya mereka merasa bangga, kini keadaannya berubah. Seakan mereka berdiri sebagai terdakwa, di muka pengadilan. Mereka belajar sesuatu hari itu. ada yang perlu diluruskan dalam perilaku mereka.
sumber: buku motivasi

0 komentar: